Jumat, 08 Juli 2011

Teori-teori Kepribadian

A. Struktur dan Dinamika Kepribadian
Definisi Kepribadian:
Organisasi dinamis dalam seseorang yang terdiri dari sistem-sistem psikofisis yang menentukan keunikan penyesuaian dirinya dengan lingkungan.
Dua hal yang menjadi tekanan utama adalah kepribadian merupakan sesuatu yang berkembang dan unsur-unsurnya saling terkait.
Dalam pencarian definisi kepribadiannya Alllport dengan hati-hati menyadari istilah karakter dan temperamen.
o    Karakter (watak) adalah segi kepribadian yang dinilai. Seseorang sering dinilai memiliki karakter baik atau buruk.
o    Temperamen adalah disposisi yang erat kaitannya dengan faktor biologis atau fisik. Dalam hal ini hereditas memainkan peranan penting dan bersama intelegensi dan fisik membentik kepribadian.
Sifat-sifat dan Disposisi-disposisi Personal :
Sifat adalah Kecenderenungan untuk berespons dengan cara tertentu ; tendensi neuropsiki. Sifat bukanlah bentukan konsep abstrak lewat sebuah pengamatan melainkan kenyataan objektif. Selain itu sifat juga bukanlah sekedar eksistensi nominal.
2 pembedaan sifat :
o    Sifat umum : ciri-ciri (sifat) yang terdapat pada banyak orang.
o    Disposisi Personal: keunikan-kekhususan (sifat) pada individu
Contoh :
Dalam sebuah kelompok ada 20 orang menunjukkan sifat keagresifan (common trait). Tapi kita tidak bisa mengtakan 20 orang itu menunjukkan/mewujudkan keagresifannya lewat jalan yang sama. Mungkin ada yang asertif dan kompetitif, sarkastic dan bermusuhan, dan mungkin lewat kekerasan fisik. Personal deposisi dapat disebut sebagai sub kategori atau jalan khusus sifat terwujud.
Sifat tidak hanya membimbing suatu tingkah laku tapi juga memulai tingkah laku dan dalam beberapa hal memerankan peran memotivasi yang penting.
Contoh :
Seseorang yang punya sifat ramah/suka bergaul, tidak suka duduk sendiri di rumah menunggu orang lain menghubunginya. Dia akan mencari teman-temannya.
Akan tetapi sebuah sifat tidak pernah sebagai motivator murni tingkah laku beberapa dorongan baik internal maupun eksternal yang mendahului tindakan.
Contoh :
Jika seseorang suka pergi ke disko, secara umum dia orang yang suka bergaul tapi ada tingkah laku khusus bahwa dia suka mendengarkan musik.
Disposisi Pokok, Disposisi Sentral dan Disposisi Sekunder
o    Disposisi Pokok :Sesuatu yang begitu umum sehingga dapat ditemukan pada setiap individu.
Contoh :
Orang Narcistik adalah orang yang memberikan perhatian kuat dan terus-menerus pada kebutuhan dan ketertarukannya.
o    Disposisi Sentral: Kecenderungan karakter yang kuat (khas) pada seseorang.
Contoh:
Mungkin kita menggambarkan karya Shakespeare (Hamlet) introspektif, obsesif, melankolis, dramatik.
o    Disposisi Sekunder: Berfungsi terbatas, kurang menentukan dalam deskripsi kepribadian dan lebih terpusat pad respon yangt dicocokinya.
Contoh:
Seseorang yang menyenangkan, mungkin meledak marah ketika seseorang menghina kelompoknya.
Dua kekhususan teori Allport adalah penolakannya pada masa lalu yang mengambil bagian penting dalam motivasi dan ketegasannya dalam proses kognitif seperti intensi, perencanaan pada motivasi orang dewasa. Apa yang dilakukan oleh individu adalah kunci petunjuk yang penting tentang bagaimana orang bertingkah laku sekarang. Allport mencari ke masa depan apa yang diharapkan oleh individu.
Hubungan Sifat, Kebiasaan, Sikap dan Tipe
Keempat hal tersebut merupakan kecenderungan (predisposisi) yang unik, hasil dari faktor genetik dan pembelajaran dan mendorong/menuntun tingkah laku seseorang .
o    Kebiasaan: Kurang lebih umum ( sifat /trait paling umum) , respons khusus pada stimulus tertentu, kurang evaluatif.
Contoh: Huming ketika mendengarkan musik, membaca dengan bersuara.
o    Sikap : lebih umum dari kebiasaan, penekanan segi lingkungan (kecenderungan untuk berespon positif atau negatif terhadap objek tertentu), paling evaluatif.
Contoh: Kesukaan terhadap partai, atau makanan tertentu.
o    Tipe: Abstraksi/pengelompokan sifat-sifat; mementingkan keajegan/keteraturan sekumpulan sifat. Akan tetapi tipe menyembunyikan (sifat)keunikan pribadi dan menunjukan perbedaan perbuatan yang tidak begitu cocok dengan kenyataan.
Proprium
Proprium adalah istilah yang digunakan untuk menunjukkan ego. Proprium menggambarkan ego sebagai sesuatu yang dengan segera dapat kita sadari meliputi perasaan jasmaniah, identitas diri, harga diri, rasa keakuan, gambaran diri. Proprium tidak dibawa sejak lahir melainkan berkembang karena perkembangan individu. Allport menghindari ego sebagai penggerak utama kepribadian.
Otonomi Fungsioanal
Otonomi fungsional memandang motivasi dewasa bermacam-macam, sistem self sustaining, pertumbuhan sistem antecedent, tapi secara fungsional tak terkait. Otonomi fungsional juga pendorong dan pembentukan perilaku masa kini dan lepas lepas dari masa lalu. Apa yang dilakukannya semata-mata dikhususkan begitu saja demi tujuan berbeda dari semula.
Contoh:
Seorang pemburu tetap saja kan memburu meskipun tidak ada nilai instrumentalnya (semata-mata senang berburu)
o    Perseverative Otonomi Fungsional : meliputi bentuk-bentuk kecanduan,mekanisme sirkular, perbuatan yang diulang-ulang atau secara rutin. Orang dewasa yang sehat ditandai dengan serangkaian sifat yang teratur dan kongruen yang berfungsi sebagaian besar secara rasional dan sadar. Maka untuk memahami orang dewasa maka harus memahami maksud dan aspirasi mereka.
Contoh :
Tindakan seorang anak yang mengoceh berulang-ulang, tugas yang belum selesai mendapat interupsi dan cenderung diingat dari pada tugas yang selesai.
o    Propriate Otonomi Fungsional : meliputi minat-minat yang dipelajari, nilai-nilai, sentimen-sentimen, motif-motif pokok, disposisi pribadi, gambaran diri dan gaya hidup. Manusia selalu dalam proeses untuk menjadi lebih integral dan daya penyatiu yang paling penting adalah propriate function, dimana usaha mengejar tujuan yang membentuk kepribadian.
Contoh:
Seseorang yang ingin menjadi dokter bukanlah merupakan sifat bawaan atau karena diperlukan tapi belajar untuk hidup.
B. Perkembangan Kepribadian
Allport melihat bahwa anak yang baru lahir sebagai seorang ciptaan keturunan, hanya memiliki dorongan primitif, dan tingkah laku reflek ,tidak memiliki kepribadian tapi memiliki potensi yang akan terpenuhi atau terbentuk pada saat pertumbahan dan pematangannya. Dalam Perkembangan Proprium Allport membagi dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1.   0-3 tahun :
Pembanguanan keadaran diri : sense of bodily self (enak tidak enak), perasaan identitas diri berkelanjutan kesadaran sebagai subjek yang berkembang. Dalam hal ini bahasa menjadi faktor yang penting. Harga diri atau kebanggaan sebagai periode terakhir dimanan\ anak ingin melakukan sesuatu, membuatnya terwujud, dan mengontrol dunianya.
1.   4-6 tahun:
Perluasan diri dan gambaran diri. Dalam perluasan diri, perasaan keterhubungan dengan orang-orang dan hal-hal yang penting dalam lingkungannya. Relasi anak dan lingkungan tempat dia tumbuh terhubung sangat penting. Muncul perasaan lingkuangan tersebut adalah bagian dirinya. Gambaran diri; terkait dengan penanaman-penanaman nilai, tangung jawab moral, intensi, tujuan dan pengetahuan diri yang akan berperan mencolok dalam kepribbadiannya kelak.
1.   6-12 tahun:
Kesadaran diri. Pengenalan kemampunan diri mengatasi persoalan-persoalan dengan alasan dan gagasan karena anak bergerak dari lingkungan keluarga ke masyarakat.
1.   Remaja
Propriate striving, pembanguanan tujuan dan rencana ke depan: intensi-intensi, long-range purposes,distant goals.Persoalan utama berkaitan dengan identitas, ”apakah saya seorang anak atau dewasa?”
Kedewasaan
Menurut Allport, faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkahlaku menurut prinsip otonomi fungsional.
Kualitas Kepribadian yang matang sebagai berikut:
1.   Ekstensi sense of self
Kemampuan berpartisipasi dan menikmati kegiatan dalam jangkauan yang luas.
Contoh : terlibat dalam kegiatan masyarakat (senat, karang taruna, partai politik,dll)
Kemampuan diri dan minat-minatnya denga orang lain beserta minat mereka.
Contoh: Saya yang punya minat dalam olah raga juga mengenali minat oprang lain yang sama atau pun berbeda.
Kemampuan merencanakan masa depan (harapan dan rencana)
contoh: Keinginan jadi dokter, membuat perencanaan strudi dan membayangkan apa yang mau dilakuakn setelah jadi dokter.
1.   Hubungan hangat/akrab dengan orang lain
Kapasitas intimacy (hubungan kasih dengan keluarga dan teman) dan compassion (pengungkapan hubungan yang penuh hormat dan menghargai dengan setiap orang)
1.   Penerimaan diri
Kemampuan untuk mengatasi reaksi berlebih hal-hal yang menyinggung dorongan khusus (misal : mengolah dorongan seks) dan menghadapi rasa frustasi, kontrol diri, presan proporsional.
1.   Pandangan-pandangan realistis, keahlian dan penugasan
Kemampuan memandang orang lain, objek, dan situasi. Kapasitas dan minat dalam penyelesaian masalah, memiliki keahlian dalam penyelesain tugas yang dipilih, mengatasi pelbagai persoalan tanpa panik, mengasihani diri, atau tingkah laku lain yang merusak.
1.   Objektifikasi diri: insight dan humor
Kemampuan diri untuk objektif dan memahami tentang diri dan orang lain. Humor tidak sekedar menikmati dan tertawa tapi juga mampu menghubungkan secara positif pada saat yang sama pada keganjilan dan absurditas diri dan orang lain.
1.   Filsafat Hidup
Ada latar belakang yang mendasari semua yang dikerjakannya yang memberikan tujuan dan arti. Contohnya lewat agama.
Untuk memahami orang dewasa kita membutuhkan gambaran tujuan dan aspirasinya. Tidak semua orang dewasa memiliki kedewasaan yang matang. Bisa saja seseorang melakukan sesuatu hal tanpa tahu apa yang ia lakukan.
C. Beberapa catatan mengenai Teori Allport
Kekurangan Allport pada persamaan formal sehingga tidak memadai untuk banyak penelitian, gagal menunjukkan konsep pokok yaitu fungsi otonomi, mengasumsikan adanya diskontinuitas antara hewan-manusia, masa kanak-kanak dan dewasa, normal dan abnormal, menekankan keunikan kepribadian, memberikan perhatian yang terlalu sedikit pada pengaruh sosial, dan faktor situasioanal, serta menggambarkan manusia pada gambaran terlalu positif.
Pustaka Utama
Lindzey,Gardner and Hall, Calvin, Introduction to Theories of Personalitry,New York: John Wiley & Sons, Inc., 1985
kepribadian
  1. DEFINISI KEPRIBADIAN
Gordon Allport memandang kepribadian sebagai organisasi dinamis didalam individu yang terdiri dari sistem-sistem psikofisis yang menentukan cara-caranya yang khas dalam menyesuaikan diri terhadap lingkungan. Sistem psikofisis terdiri dari kebiasaan, sikap, nilai, kepercayaan, keadaan emosi, motif, dan sentimen (Hurlock, 1981 : 524 – 525).
Disebutkan Allport (dalam Aiken, 1993 : 84) bahwa kepribadian manusia itu sebagai organisasi dinamis yang terdiri dari sifat-sifat (trait) yang menentukan penyesuaian diri dari individu yang unik terhadap lingkungannya.
Rom J. Markin Jr. mengartikan kepribadian sebagai jumlah keseluruhan dari karakteristik-karakteristik individu yang terpola yang membuat individu itu unik. Kepribadian terdiri dari sikap, motif, sifat respon individual, dimana satu sama lain terdapat interdependensi yang tinggi (Markin, 1974 : 334 – 335).
Menurut Allport terdapat 3 macam sifat (dalam Aiken, 1993 : 84 – 85) yaitu sifat utama (cardinal traits), seperti otoriter, berpreikemanusiaan, pekerja keras, sadisme, atau cinta diri sendiri; sifat pokok (central traits) seperti pengasih, tegas, pengganggu, jujur, baik hati, dapat dipercaya, ramah; serta sifat sekunder (secondary traits) seperti suka makan atau musik.
Sifat utama adalah hal pokok yang dominan pada kehidupan seseorang, diekspresikan hampir pada semua perilakunya. Sifat pokok adalah kecenderungan untuk berperilaku dalam suatu cara khusus pada bermacam-macam situasi, lebih khusus daripada sifat utama. Sedangkan sifat sekunder lebih pada spesifik – situasi dan lebih sedikit pengaruhnya pada perilaku daripada sifat pokok (Aiken, 1993 : 85). Setiap orang adalah unik, berdasarkan pada suatu hukum dan sistem yang terintegrasi pada masing-masing orang (Aiken, 1993 : 85).
Kepribadian oleh Salvatore R. Maddi (1980 : 10) didefinisikan sebagai serangkaian karakteristik dan kecenderungan yang stabil, menetukan perbedaan perilaku individu secara psikologis yang berkesinambungan dan sulit untuk dipahami.
Kepribadian pada umumnya menunjuk pada pola perilaku khusus yang menandai setiap cara penyesuaian individu terhadap situasi kehidupan (Mischel dlama Morgan, 1979 : 512).
Pendapat Jung (dalam Hjelle dan Ziegler, 1992 : 171) tentang kepribadian yang menggunakan terma psyche, adalah komposisi dari 3 struktur terpisah mnamun saling berinteraks, yaitu ego, ketidaksadaran personal, dan ketidaksadaran kolektif.
Definisi kepribadian dari Eysenck, yang banyak persamaannya dengan Allport (dalam Agus Sujanto, 1986 : 112) adalah bahwa kepribadian merupakan jumlah total dari aktual atau potensial organisme yang ditentukan oleh hereditas dan lingkungan; ini berawal dan berkembang melalui interaksi fungsional dari sektor utama dalam pola perilaku yang diorganisasikan : sektor kognitif (intelejen), sektor konatif (karakter), sektor afektif (temperamen), dan sektor somatis (konstitusi).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kepribadian adalah sesuatu yang timbul dari efektivitas sebagai total pola-pola perilaku aktual atau potensial dari individu yang mendatangkan stimulus dari orang sekitarnya, dan sulit untuk dipahami, yang dipengaruhi oleh faktor eksternal dan internal dari individu dimana kedua faktor tesebut juga saling mengadakan interaksi.
  1. FUNGSI KEPRIBADIAN
Disebutkan oleh Markin (1974 : 337 – 338) bahwa kepribadian memiliki beberapa aspek fungsional, yaitu :
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->consistency à tanpa pengukuran konsistensi tidaklah dapat berpikir tentang kepribadian sebab manusia akan berubah-ubah sedemikian rupa sehingga tidak dapat dikarakteristikkan sebagai kepribadian. Terdapat 2 tingkatan kepribadian, yaitu :
<!--[if !supportLists]-->* <!--[endif]-->eksternal : berhubungan dengan perasaan yang diekspresikan dan perwujudannya dalam bentuk tindakan
<!--[if !supportLists]-->* <!--[endif]-->internal : meliputi faktor-faktor yang tidak dapat diamati seperti sikap, minat, nilai, dan motif. Konsistensi merupakan karakteristik dasar kepribadian. Manusia cenderung mewujudkan konsistensi pada kedua tingkatan kepribadian
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->accomodation and plasticity à meskipun kepribadian bersifat konsisten dan stabil, namun pada saat yang sama juga akan mengadakan penyesuaian diri terus-menerus terhadap perubahan kondisi-kondisi yang terjadi di lingkungan
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->integration à menunjuk pada kenyataan bahwa berbagai aspek kepribadian diorganisasikan dan diintegrasikan ke dlam sejumlah pola secara keseluruhan. Kepribadian dikarakteristikkan sebagai suatu bentuk dinamis yang mencari keharmonisan dan diintegrasi serta mengarahkan aktivitas dalam cara-cara yang kongruen
Dari penjelasan yang ada diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kepribadian berfungsi untuk mendeskripsikan perasaan yang akan diwujudkan ke dalam bentuk perilaku, yang meliputi faktor-faktor yang tidak dapat diamati dimana pada saat yang sama dapat juga menjalankan suatu proses adaptasi yang diintegrasikan dan mengarah pada suatu aktivitas.
  1. STRUKTUR KEPRIBADIAN H. J. EYSENCK
Eysenck (dalam Suryabrata, 1985 : 340) berpendapat mengenai struktur kepribadian, bahwa kepribadian tersusun atas tindakan-tindakan, disposisi – disposisi yang terorganisasi dalam susunan hierarkis berdasarkan atas keumuman dan kepentingannya. Diurut dari yang paling tinggi dan paling mencakup ke paling rendah dan paling umum, serta isinya masing-masing adalah sebagai berikut :
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->type à yaitu organisasi di dalam individu yang lebih umum, yang lebih mencakup lagi
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->trait à yaitu sementara habitual response yang paling berhubungan satu sama lain yang cenderung ada pada individu tertentu
<!--[if !supportLists]-->c. <!--[endif]-->habitual response à mampunyai corak yang lebih umum daripada spesific response, yaitu respon-respon yang berulang-ulang terjadi jika individu menghadapi kondisi atau situasi yang sejenis
<!--[if !supportLists]-->d. <!--[endif]-->spesific response à tindakan atau respon yang terjadi pada suatu keadaan atau kejadian tertentu, jadi khusus sekali
  1. TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
Kebanyakan orang mengenal istilah ekstrovert dan introvert dari psikiater Swiss bernama C. G. Jung, seorang bekas murid Sigmund Freud. Namun yang mengembangkan ekstrovert dan introvert lebih lanjut secara mendetail adalah Eysenck sendiri (Eysenck, 1980 : 10).
Eysenck melaksanakan penyelidikannya yang pertama, yaitu variabel yang menggambarkan kontras antara ekstroversi dan introversi (Suryabrata, 1983 : 346).
Eysenck (dalam Aiken, 1993 : 86) mengkonsepkan kepribadian manusia dalam tiga faktor atau supertraits, yaitu ekstroversion – introversion, stabilitas emosi dan ketidakstabilitasan emosi (neurotisme), serta psikotisme. Pembahasan disini lebih menitikberatkan pada ekstroversion – introversion.
Ekstrovert dan introvert dipahami sebagai dimensi yang kontinyu dari pada sebagai tipe dikotomi (Aiken, 1993 : 86). Tipe kepribadian yang dirumuskan oleh Eysenck itu (dalam Hjelle dan Ziegler, 1991 : 281) lebih melihat pada perilaku yang tampak, yang merupakan kombinasi dari dua tipe yang didiskusikan tersebut. Konsekuensinya adalah bahwa setiap orang adalah ekstrovert dan introvert, dengan mayoritas orang lebih dekat ke pusat kontinum, daripada ke kedua ekstrim (Eysenck, 1980 : 10).
  1. DEFINISI KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
Jung mengatakan (dalam Hall dan Lindzey, 1978 : 125) bahwa ekstrovert adalah kepribadian yang lebih dipengaruhi oleh dunia objektif, orientasinya terutama tertuju ke luar. Pikiran, perasaan, serta tindakannya lebih banyak ditentukan oleh lingkungan. Sedangkan introvert adalah kepribadina yang lebih dipengaruhi oleh dunia subjektif, orientasinya tertuju ke dalam.
Menurut Eysenck, introvert adalah satu ujung dari dimensi kepribadian introversi – ekstroversi dengan karakteristik watak yang tenang, pendiam, suka menyendiri, suka termenung, dan menghindari resiko (Pervin, 1993 : 302).
Eysenck juga mengatakan dalam teorinya, bahwa ekstrovert adalah satu ujung dari dimensi kepribadian introversi – ekstroversi dengan karakteristik watak peramah, suka bergaul, ramah, suka menurutkan kata hati, dan suka mengambil resiko (Pervin, 1993 : 302)
Peneliti menyimpulkan bahwa ekstrovert adalah suatu tipe kepribadian berdasar skap jiwa terhadap dunianya, yang merupakan satu ujung dari dimensi kepribadian introversi – ekstroversi, yang dipengaruhi oleh dunia objektif, orientasinya terutama tertuju ke luar. Pikiran, perasaan, dan tindaknnya ebih banyak ditentukan oleh lingkungan.
Sedangkan introvert adalah suatu tipe kepribadian berdasar sikap jiwa terhadap dunianya, yang merupakan satu ujung dari dimensi kepribadian introversi – ekstroversi, yang dipengaruhi oleh dunia subjektif, orientasinya terutama tertuju ke dalam.
  1. CIRI-CIRI KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
Ekstrovert dan introvert digambarkan oleh Eysenck dan Eysenck (1975, dalam Aiken, 1993 : 86) adalah sebagai berikut : yang khas dari ekstrovert adalah mudah bergaul, suka pesta, mempunyai banyak teman, membutuhkan teman untuk bicara, dan tidak suka membaca atau belajar sendirian, sangat membutuhkan kegembiraan, mengambil tantangan, sering menentang bahaya, berperilaku tanpa berpikir terlebih dahulu, dan biasanya suka menurutkan kata hatinya, gemar akan gurau-gurauan, selalu siap menjawab, dan biasanya suka akan perubahan, riang, tidak banyak pertimbangan (easy going), optimis, serta suka tertawa dan gembira, lebih suka untuk tetap bergerak dalam melakukan aktivitas, cenderung menjadi agresif dan cepat hilang kemarahannya, semua perasaannya tidak disimpan dibawah kontrol, dan tidak selalu dapat dipercaya (Aiken, 1993 : 86 – 87).
Sedangkan yang khas dari introvert adalah pendiam, pemalu, mawas diri, gemar membaca, suka menyendiri dan menjaga jarak kecuali dengan teman yang sudah akrab, cenderung merencanakan lebih dahulu – melihat dahulu – sebelum melangkah, dan curiga, tidak suka kegembiraan, menjalani kehidupan sehari-hari dengan keseriusan, dan menyukai gaya hidup yang teratur dengan baik, menjaga perasaannya secara tertutup, jarang berperilaku agresif, tidak menghilangkan kemarahannya, dapat dipercaya, dalam beberapa hal pesimis, dan mempunyai nilai standar etika yang tinggi (Aiken, 1993 : 87).
  1. KARAKTERISTIK KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT
Menurut Jung (dalam Lefrancus, 1979 : 421) terdapat dua dimensi utama kepribadian, yaitu ekstrovert dan introvert. Ekstrovert ditandai dengan mudah bergaul, terbuka, dan mudah mengadakan hubungan dengan orang lain. Sedangkan introvert ditandai dengan sukar bergaul, tertutup, dan sukar mengadakan hubungan dengan orang lain.
Dikemukakan oleh Eysenck (dalam Fransella, 1981 : 84) karakteristik ekstroversi ditandai oleh sosiabilitas, bersahabat, aktif berbicara, impulsif, menyenangkan, aktif dan spontan, sedangkan introversi ditandai dengan hal-hal kebalikannya. Lebih jelasnya lagi Eysenck (1980 : 9) menjabarkan komponen ekstrovert adalah kurangnya tanggung jawab, kurangnya refleksi, pernyataan perasaan, penurutan kata hati, pengambilan resiko, kemampuan sosial, dan aktivitas.
Sedangkan indikator yang terdapat dalam EPI (Eysenck Personality Inventory) adalah sociability, impulsiveness, activity, liveness, dan excitability.
________________________________________________________________________
Definisi Operasional
Tipe kepribadian ekstrovert dan introvert diukur dengan menggunakan kuesioner tentang kepribadian, yaitu EPI (Eysenck Personality Inventory) yang terdiri dari 20 (11 item ekstrovert dan 9 item introvert) item dan merupakan pernyataan tertutup dengan alternatif jawaban “ya” atau “tidak”. Penggolongan tipe kepribadian ini dilakukan melalui ciri-ciri dari kepribadian ekstrovert dan introvert dari Eysenck.
Definisi operasionalnya adalah jumlah skor yang diperoleh individu atas respon yang diberikan terhadap pernyataan-pernyataan yang mengukur tipe kepribadian ekstrovert – introvert, berdasarkan norma yang telah ditentukan. Semakin tinggi skornya maka tergolong dalam tipe ekstrovert dan sebaliknya, semakin rendah skornya maka tergolong dalam introvert.
<!--[if !supportLists]-->* <!--[endif]-->Kepribadian ekstrovert à individu ekstrovert dipengaruhi oleh dunia objektif, yaitu dunia di luar dirinya. Orientasi terutana tertuju ke luar. Pikiran, perasaan, dan tindakannya lebih banyak ditentukan oleh lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan nonsosial.
Ciri-ciri individu ekstrovert : berdaya ingat kuat (merecall memori jangka pendek), memiliki ambang rangsang yang tinggi dan menunjukkan daya juang fisik yang tinggi, dapat melaksanakan tugas yang tinggi taraf kesukarannya dengan baik, ramah, impulsif, tidak suka diatur dan dilarang, terlibata dalam aktivitas kelompok, pandai membawa diri dalam lingkungannya, mudah gembira, memiliki keterikatan sosial, dapat memanfaatkan kesempatan yang ada, bertindak cepat, optimis, agresif, cepat / mudah meredakan kemarahan, mudah tertawa, tidak dapat menahan perasaannya.
<!--[if !supportLists]-->* <!--[endif]-->Kepribadian introvert à ciri-cirinya adalah memiliki toleransi yang tinggi terhadap isolasi / kesendirian, kurang toleransi terhadap keluhan fisik, cenderung melakukan secara baik terhadap tugas yang sederhana / mudah, cenderung melaksanakan secara baik tugas yang menuntut kesiapsiagaan.
Jelaskan pendapat Allport dalam membahas manusia?
Allport berbeda pendapat dengan Freud dalam analisis kepribadian manusia, Allport lebih optimis tentang kodrat manusia dari pada frued, dan ia memperlihatkan keharuan yang luar biasa terhadap manusia. Sifat-sifat tampak bersumber pada anak-anaknya. Orang tuanya menekankan kerja keras dan kesalihan, dan mereka membentuknya dengan kerja keras dan kasih sayang. Semangat peri kemanusian di tanamkan pada keluarga mereka dan Allport yang masih muda dituntut untuk mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan dalam masalah-masalah kehidupan.
Teori-teori yang dikembangkan oleh Allport banyak direduksi dari pengalaman pribadinya, seperti pandangannya tentang teori kodrat kepribadian. Allport menggambarkan kodrat manusia terdiri dari beberapa komponen dasar seperti pandangan yang positif, penuh harapan dan menyanjung-nyanjung. Disinilah letak perbedaan pandangan antara Frued dan Allport, dia tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh pikiran-pikiran bawah sadar, kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi.
Allport percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh yang penting pada tingkah laku orang-orang yang neuritis. Akan tetapi individu yang sehat yang berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan-kekuatan yang membimbing mereka dan dapat mengontrol kekuatan-kekuatan itu juga.
Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma-trauma dan konflik-konflik masa kanak-kanak. Adapun orang yang neuritis terikat atau terjalin erat pada pengalaman masa anak-anak. Kepribadian yang sehat adalah seseorang yang visioner dan mempunyai visi misi dalam kehidupan masa depan. Adapun orang yang mempunyai pandangan kedepan memberi jauh lebih banyak kebebasan dalam memilih dan bertindak.
Frued percaya bahwa perbedaan-perbedaan antara orang yang neuritis dan orang sehat terletak pada tingkatan bukan pada perbedaan. Allport percaya bahwa sama sekali tidak ada kesamaan kesamaan fungsional antara orang yang neuritis dan orang yang sehat. Dalam pandangan Allport, orang yang neuritis adalah orang yang beroperasi dalam pandangan-pandangan dan pengalaman-pengalaman kanak-kanak dan kepribadian yang sehat berfungsi pada suatu taraf yang berbeda dan lebih tinggi. Dan sistim yang di kemukakan oleh Allport lebih pada orentasi pada seseroang yang sehat.
Motivasi merupakan hal yang mutlak harus di miliki oleh seseorang dalam melaksanakan suatu aktivitas sehari-hari, tanpa motivasi pekerjaaan seseorang akan sulit untuk mencapai kesuksesan. Allport percaya bahwa hal yang sangat penting dalam mempelajari kepribadian adalah untuk menerangkan motivasi. Allport berpendapat bahwa kepribadian yang sehat tidak dibimbing oleh kekuatan-kekuatan tidak sadar atau pengalaman-pengalaman masa anak-anak.
Motif-motiof orang dewasa secara funfsi otonom terhadap masa kanak-kanak yakni motif-motif itu tidak tergantung pada keadaan asli, otonom sama seperti pohon Ek yang sudah pernah tumbuh dari bijinya yang sudah pernah memberi makanan.
Segi sentral dari kepribadian kita adalah intensi-intensi yang sadar dan di sengaja, yakni harapan, aspirasi-aspirasi, dan impian-impian. Tujuan-tujuan ini mendorong kepribadian yang matang dan memberi petunjuk yang baik untuk memahami tingkah laku seseorang. Orang-orang yang neuritis kekurangan maksud dan tujuan jangka panjang dan kepribadian mereka terpotong menjadi subsistem. Yang tak berhubungan suatu fokus sentral dan kekuatan pemersatu.
Ada berberapa teori termasuk teori frued ini menegaskan bahwa motivasi manusia didorong, pertama-tama didorong untuk mereduksi tegangan-tegangan, menjaga tegangan agar supaya berada pada tingkat yang paling rendah. Dengan demikian akan tejadi keseimbangan homoestatis internal atau homoestatis. Dalam pandangan ini seseoarang didorong oleh tegangan yang berlebihan sehingga mereka terus menerus di dorong untuk mereduksinya.
Kodrat intensional kepribadiaan yang sehat perjuangan kearah masa depan ini mempersatukan dan mengintegrasikan seluruh kepribadian. Pribadi yang sehat bukanlah pribadi yang bebas dari masalah. Orang yang neuritis kekurangan maksud dan tujuan jangka panjang, dari sinilah akan terjadi pengkotakan kepribadian yang tak berhubunagan dan kurang suatu fokus sentral dan kekuatan pemersatu.
Allport berpendapat bahwa sebagian dari kepribadian manusia hanya sedikit yang besar dari dorongan yang sehat. Organisme perlu mempertahankan suatu tingkat kepuasan tertentu untuk mendorong unsur biologis terhadap makanan, air, seks,dan tidur. Apabila orang itu sehat, maka ia membutuhkan makananan dan istirahat. Selanjutnya apabila orang itu sakit maka ia akan membutuhakan aktivitas yang baru dan mulai mengerjakan suatu kegemaran. Membaca sebuah buku yang membangkitkan semangat, dan melakukan aktivitas-aktivitas yang lain.
Orang yang sehat di dorong kedepan oleh suatu visi masa depan dan visi itu mempersatuakan kepribadian dan membawa orang itu pada tingkat-tingkat tegangan yang bertambah. Dalam pandangan Allport, kebahagian bukan suatu tujuan dalam dirinya. Tetapi kebahagian merupakan integrasi kepribadian dalam mengejar aspirasi dalam tujuannaya. Kebahagian bukan suatu pertimbangan utama bagi orang yang sehat tetapi mungkin berlaku bagi orang yang dikejarnya.
Allport mencontohkan seseorang penjelajah Roald Amundsen, dia dalam berbagai petualangan berhasil namun tujuan penjelajahan tidak pernah terpuaskan sepenuhnya. Setiap satu penjelajahan berhasil ia memulai penjelajahan yang baru. Begitulah setiap perjalanan petualangan yang dialami oleh Roald Amundsen. Kita teringat pepatah semakin banyak anda melompat, semakin bayak juga anda inginkan. Disinilah letak maksuk Allport bahwa seseorang akan sulit mendapatkan suatu tujuan yang paling akhir.
Orang yang sehat dan matang akan terus menerus membutuhkan motif dan daya hidup kekuatan yang cukup untuk menghabiskan energinya. Allport juga menggunakan masalah yang sama untuk masalah kenakalan remaja. Dia percaya anak muda kekurangan tujuan yang berarti dan kontruktif untuk menghabiskan energinya mereka. Energi harus mendapatkan jalan keluar dan apabila tidak mendapatkan jalan keluar secara kontruktif maka mungkin energi akan dilepaskan secara destruktif.
Teori Allport tentang dorongan dari kepribadian yang sehat memasukkan juga Prinsip penguasaan dan kemampuan yang berpendapat bahwa orang yang matang tidak cukup puas dengan mencapai tingkatan yang sedang atau memadai. Mereka didorong untuk sedapat mungkin, mencapai tingkat penguasaan yang tinggi. Dalam usaha memuaskan motif-motif mereka.
Jelaskan perkembangan proprium sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat?
Istilah proprium dapat didefinisikan dengan memikirkan bentuk sifat “propriate” seperti dalam kata “appropriate”. Proprium menunjukkan sesuatu yang dimilki seseorang atau unik bagi seseorang. Itu berarti bahwa proprium (self) terdiri dari hal-hal atau proses-proses yang penting dan bersifat pribadi bagi seorang individu, segi-segi yang menentukan seseorang sebagai diri yang unik. Allport menyebutnya “saya sebagaimana dirasakan dan diketahui”. Intilah inilah yang kemudian membedakan konsep Allport dengan konsep-konsep lainnya.
Proprium ini berkembang dari masa bayi sampai masa adolesens melalui tujuh tingkat “diri”. Apabila semua perkembangan telah muncul sepenuhnya, maka segi-segi tersebut dipersatukan dalam satu konsep yaitu proprium. Jadi proprium adalah susunan dari tujuh tingkat “diri”. Dan munculnya proprium merupakan satu persyaratan untuk suatu kepribadian yang sehat. Ketujuh tingkata proprium tersebut antara lain :
<!--[if !supportLists]-->a) <!--[endif]-->Proprium diri jasmaniah
Terjadi secara berangsur-angsur, dengan makin bertambah kompleksnya belajar dan pengalaman-pengalaman perceptual, maka berkembanglah suatu perbedaan yang kabur antara sesuatu yang ada “dalam saya” dan hal-hal lain ‘diluar lainnya’. Ketika bayi menyentuh, melihat, mendengar dirinya, orang-orang disekitarnya dan benda-benda, perbedaan ini menjadi jelas. Kira-kira pada usia 15 bulan munculnya tingkat pertama perkembangan proprium. Kesadaran akan “saya jasmaniah” tersebut Allport menyebutnya “jangkar abadi untuk kesadaran diri kita”.
<!--[if !supportLists]-->b) <!--[endif]-->Identitas diri
Pada tingkatan kedua ini seseorang mulai sadar akan identitasnya yang berlangsung terus sebagai seorang yang terpisah. Allport berpendapat bahwa segi yang sangat penting dalam identitas diri adalah nama orang. Nama itu menjadi lambang dari kehidupan seseorang yang mengenal dirinya dan membedakannya dari semua diri yang lain di dunia.
<!--[if !supportLists]-->c) <!--[endif]-->Harga diri
Merupakan tingkat ketiga dari perkembangan proprium, yang menyangkut perasaan bangga dari diri anak sebagai suatu hasil dari belajar mengerjakan benda-benda atas usahanya sendiri. Allport percaya bahwa hal ini merupakan suatu tingkat perkembangan yang menentukan; apabila orang tua menghalangi kebutuhan anak untuk menyelidiki maka perasaan harga diri yang timbul dapat dirusakkan. Akibat timbul dari peraaan dihina dan marah. Inti munculnya harga diri ialah kebutuhan akan otonomi.
<!--[if !supportLists]-->d) <!--[endif]-->Perluasan diri (self extention)
Pada tingkatan ini anak mulai mempelajari arti dan nilai dari milik seperti terungkap dalam kata yang bagus sekali “kepunyaanku”. Dan ini adalah permulaan dari kemampuan orang untuk memperpanjang dan memperluas dirinya, untuk memasukkan tidak hanya benda-benda tetapi juga abstraksi-abstraksi, nilai-nilai dan kepercayaan-kepercayaan.
<!--[if !supportLists]-->e) <!--[endif]-->Gambaran diri
Berkembang pada tingkat selanjutnya. Hal ini menunjukkan bagaimana seseorang melihat dirinya dan pendapatnya tentang dirinya.
<!--[if !supportLists]-->f) <!--[endif]-->Diri sebagai pelaku rasional
Pada tingkatan ini aturan-aturan dan harapan-harapan baru dipelajari dari guru dan teman-teman sekolah serta hal yang lebih penting ialah diberikannya aktivitas-aktivitas dan tantangan-tantangan intelektual. Anak belajar dapat memecahkan masalah dengan mengunakan proses-proses yang logis dan rasional.
<!--[if !supportLists]-->g) <!--[endif]-->Perjuangan proprium (propriate striving)
Tingkat ini merupaka tingkat terakhir dalam perkembangan diri - timbul. Allport percaya bahwa masa adolesensi merupakan suatu masa yang sangat menentukan. Segi yang sangat penting dari pencarian identitas adalah definisi suatu tujuan hidup.
Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri kepribadian yang matang menurut Allport?
Dalam diri individu yang matang kita menemukan seorang pribadi yang tingkah lakunya ditentukan oleh sekumpulan sifat yang terorganisasi dan harmonis. Penentu utama tingkah laku dewasa yang masak adalah seperangkat sifat yang terorganisir dan seimbang yang mengawali dan membimbing tingkah laku sesuai dengan psinsip otonomi fungsional.
Tidak semua orang dewasa mencapai kematangan penuh. Ada individu-individu yang sudah dewsa namun motivasi-motivasinya masih bersifat kekanak-kanakan. Rupanya tidak semua orang dewasa bertingkah laku mengikuti prinsip-prinsip yang jelas dan rasional. Akan tetapi sejauh mana mereka menghindari motivasi-motivasi yang tidak disadari dan sejauh mana sifat-sifat mereka tidak lagi berhubungan dengan sumber-sumber yang berasal dari masa kanak-kanak memang bisa dijadikan ukuran normalitas dan kematangan mereka. Hanya dalam diri individu yang sangat tergantung kita menemukan orang dewasa yang bertingkah laku tanpa menyadari apa sebabnya ia bertingkah laku demikian, yang tingkah lakunya lebih erat berhubungan dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa kanak-kanak daripada dengan peristiwa-peristiwa yang terjadi kini atau pada masa yang akan datang. Adapun ciri-ciri atau kriteria dari kerpibadian yang matang menurut Allport yaitu :
<!--[if !supportLists]-->a) <!--[endif]-->Perluasan diri (extension of the self)
Artinya hidupnya tidak boleh terikat secara sempit pada sekumpulan aktifitas yang erat hubungannya dengan kebutuhan-kebutuhan dan kewajiban-kewajiban pokoknya. Harus dapat mengambil bagian dan menikmati macam-macam aktivitas yang berbeda-beda. Salah satu aspek dari perluasan diri adalah proyeksi ke masa depan, yakni merencanakan dan mengharapkan.
<!--[if !supportLists]-->b) <!--[endif]-->Kemampuan menjalin hubungan yang hangat dengan orang lain (Warm relating of self to other), baik dalam bentuk hubungan yang mendalam maupun tidak mendalam, memiliki dasar rasa aman dan menerima dirinya sendiri.
<!--[if !supportLists]-->c) <!--[endif]-->Memiliki orientasi yang realistik (Self Objectification)
Dua komponen utama dari Self Objectification adalah humor dan insight. Insight disini adalah kapasitas individu untuk memahami dirinya sendiri, meskipun tidak jelasbagaimana menemukan suatu standar yang cocok untuk membandingkan kepercayaan-kepercayaan individu yang bersangkutan. Perasaan humor tidak hanya menunjukkan kapasitas untuk menemukan kesenangan dan gelak tawa dalam hal sehari-hari, tetapi juga kemampuan untuk membina hubungan-hubungan positif dengan diri sendiri dan dengan objek-objek yang dicintai, serta menyadari adanya ketidakselarasan dalam hal ini.
<!--[if !supportLists]-->d) <!--[endif]-->Filsafat hidup (Philosophy of life)
Walaupun individu itu harus dapat obyektif dan bahkan menikmati kejadian-kejadian dalam hidupnya, namun mestilah ada latar belkang yang mendasari segala sesuatu yang dikerjakannya, yang memberinya arti dan tujuan. Religi merupakan salah satu hal yang penting dalam hal ini.
<!--[if !supportLists]-->e) <!--[endif]-->Kemempuan menghindari reaksi berlebihan terhadap masalah (Emotional security).
Masalah disini adalah masalah yang menyinggung drives spesifik (misalnya, menerima dorongan seks, memuaskan sebaik mungkin, tidak menghalangi tetapi juga tidak membiarkan bebas) dan mentoleransi frustasi, perasaan seimbang.
<!--[if !supportLists]-->f) <!--[endif]-->Realistic perceptions, skill, assignments, kemampuan memandang orang, obyek dan situasi seperti apa adanya, kemampuan dan minat memecahkan masalah , memiliki keterampilan yang cukup untuk menyelesaikan tugas yang dipilihnya, dapat memenuhi kebutuhan ekonomi kehidupan tanpa rasa panic, rendah diri, atau tingkah laku destruksi diri lainnya.
Jelaskan perkembangan kepribadian self menurut Carl Rogers?
Self adalah apa yang manusia rasakan didalam dirinya. Didalam self terdapat 2 bagian yaitu, ideal self dan relity self. Ideal self adalah diri yang diharapkan individu, sedangkan reality self adalah kenyataan yang ada pada diri individual keadaan apa adanya pada diri individu. Kesulitan akan timbul bila tidak terjadi ketidaksesuaian antara persepsi tentang diri dengan ideal selfnya (kesenjangan antara harapan dan realita). Individual yang sehat adalah individu yang jarak reality self dan ideal self tidak terlalu jauh.
Self merupakan satu-satunya struktur kepribadian yang sebenarnya. Dengan kata lain self terbentuk melalui deferiensiasi medan fenomena dan melalui introjeksi nilai-nilai orang tertentu serta dari distorsi pengalaman. Self bersifat integral dan konsisten. Pengalaman yang tidak sesuai dengan struktur self dianggap ancaman dan self dapat berubah sebagai akibat kematangan biologik dan belajar. Konsep self menggambarkan konsepsi mengenai dirinya sendiri, ciri-ciri yang dianggapnya menjadi bagian dari dirinya. Misalnya, orang mungkin memandang dirinya sebagai; “saya cerdas, menyenangkan, jujur, baik hari, dan menarik”. Alwisol (2006: 322)
Peranan Positive Regard dalam kepribadian individu?
Peranan positif regard adalah sebagai suatu kebutuhan yang memaksa dan menyerap, dimiliki oleh semua manusia; setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Setiap manusia memiliki kebutuhan dasar akan kehangatan, penghargaan, penerimaan, pengagungan, dan cinta dari orang lain. Kebutuhan ini disebut need for positive regard, yang terbagi lagi menjadi 2 yaitu conditional positive regard (bersyarat) dan unconditional positive regard (tak bersyarat).
Sebutkan dan jelaskan ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhnya?
Lima sifat khas orang yang berfungsi sepenuhnya (fully human being):
<!--[if !supportLists]-->a. <!--[endif]-->Keterbukaan pada pengalaman
Orang yang berfungsi sepenuhnya adalah orang yang menerima semua pengalaman dengan fleksibel sehingga selalu timbul persepsi baru. Dengan demikian ia akan mengalami banyak emosi (emosional) baik yang positip maupun negatip.
<!--[if !supportLists]-->b. <!--[endif]-->Kehidupan Eksistensial
Kualitas dari kehidupan eksistensial dimana orang terbuka terhadap pengalamannya sehingga ia selalu menemukan sesuatu yang baru, dan selalu berubah dan cenderung menyesuaikan diri sebagai respons atas pengalaman selanjutnya.
c.   Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri
Pengalaman akan menjadi hidup ketika seseorang membuka diri terhadap pengalaman itu sendiri. Dengan begitu ia akan bertingkah laku menurut apa yang dirasanya benar (timbul seketika dan intuitif) sehingga ia dapat mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi dengan sangat baik.
d.   Perasaan Bebas
Orang yang sehat secara psikologis dapat membuat suatu pilihan tanpa adanya paksaan -paksaan atau rintangan -rintangan antara alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang bebas memiliki suatu perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya sendiri, tidak pada peristiwa di masa lampau sehingga ia dapat meilhat sangat banyak pilihan dalam kehidupannya dan merasa mampu melakukan apa saja yang ingin dilakukannya.
e.   Kreativitas
Keterbukaan diri terhadap pengalaman dan kepercayaan kepada organisme mereka sendiri akan mendorong seseorang untuk memiliki kreativitas dengan ciri -ciri bertingkah laku spontan, tidak defensif, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka ragam di sekitarnya.
Kelemahan atau kekurangan pandangan Rogers terletak pada perhatiannya yang semata -mata melihat kehidupan diri sendiri dan bukan pada bantuan untuk pertumbuhan serta perkembangan orang lain. Rogers berpandangan bahwa orang yang berfungsi sepenuhnya tampaknya merupakan pusat dari dunia, bukan seorang partisipan yang berinteraksi dan bertanggung jawab di dalamnya.
Ditulis oleh Fristy Hanifia Sabilla
Sumber :
Catatan Kecil Mata Kuliah Kesehatan Mental
Schultz, Duane. 1991. Psikologi Pertumbuhan Model-Model Kepribadian Sehat.Yogyakarta: Kanisius.
Suryabrata, Sumadi. 2006. Psikologi Kepribadian. Jakarta : Rajawali Pers